Antara - Rabu, 16 Februari
Srinagar, India (ANTARA/IRNA-OANA) - Sebanyak tiga anggota keluarga tewas dan dua lainnya mengalami cedera karena sebuah mortir yang dikira tidak aktif meledak di pinggiran ibu kota Srinagar pada Senin.
Ledakan tersebut terjadi di wilayah Maloora dekat Srinagar. Pada lima bulan sebelumnya pertempuran sengit antara gerilyawan Muslim dan tentara India terjadi di tempat itu dan sejumlah penembakan mortir telah menghancurkan persembunyian gerilyawan sehingga mengakibatkan tewasnya dua militan.
Polisi narasumber di Srinagar mengatakan kepada IRNA bahwa seorang bocah lelaki berumur 14 tahun bernama Noor Muhammad, anak dari seorang pengumpul barang bekas mengetok selongsong mortir yang belum meledak dengan palu karena salah mengira jika itu adalah peluru yang tidak aktif sehingga meledak pada Ahad.
Ledakan tersebut menewaskan Noor dan wanita kakak kandungnya yang berumur 11 tahun, Bisma. Saudara kandung mereka yang berusia empat tahun, Muskaan mengalami cedera parah dan terkapar di rumah sakit pada Senin.
Ibu dan wanita kakak kandung mereka yang lain sedang sekarat di rumah sakit di Srinagar. Polisi menduga bahwa anak tersebut telah mengambil peledak tersebut dari dasar sungai di dekat wilayah pertempuran.
Pada 21 Oktober 2010, sebuah pertempuran terjadi antara gerilyawan dan pasukan keamanan di Maloora. Operasi yang dipimpin oleh polisi itu dibantu oleh tentara dan CRPF.
Dalam pertempuran tersebut, pasukan keamanan menggunakan mortir dan gerilyawan melemparkan granat. Sebanyak tiga rumah rusak akibat pertempuran itu.
Direktur Konferensi Hurriyat, Syed Ali Shah Geelani, Direktur Hurriyat, Mirwaiz Umar Farooq dan Kepala JKLF, Yasin Malik menyalahkan pasukan keamanan atas kematian tersebut.
"Pasukan keamanan harusnya membersihkan sisa yang tertinggal setelah pertempuran," kata mereka dalam pernyataan terpisah dengan menyatakan kemarahannya atas kejadian itu. Malik mengatakan bahwa dia memimpin perwakilan menuju keluarga korban pada Selasa.
Kepala Menteri, Omar Abdullah menanggapi kejadian itu dengan cepat dalam jejaring Twitter dengan mengatakan "Tuhan, tolong akhiri seluruh kematian dan kehancuran ini. Berapa lagi kuburan yang harus kami isi sebelum seseorang mengatakan "cukup"."
"Tidakkah hal itu mengecawakan bahwa dalam setiap kejadian, anda dipaksa untuk menyalahkan pasukan keamanan? Bagaimana dengan takdir yang membuat pertempuran itu?" kata Abdullah dalam jejaring Twitter kepada sejumlah pengikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar